Friday, February 4, 2022

Sirah : Nabi Nuh a.s Dengan Banjir Besar

 

 

Nabi Nuh dengan Banjir Besar

Nabi Nuh diutus oleh Allah SWT untuk menyerukan ajaran Allah pada umat Bani Rasib yang menyembah berhala berupa patung-patung. Kezaliman di masa itu juga tengah meningkat pesat.Dengan kesabaran, Nabi Nuh mulai berdakwah kepada umatnya. Dia mengajarkan untuk menyembah Allah, meninggalkan maksiat, dan berbuat kebaikan. Namun, bukannya menurut, kaum Nabi Nuh tetap saja tak percaya dengan ajaran dan peringatan yang disampaikan. 

Kaum Bani Rasib bahkan tak percaya bahwa Nabi Nuh merupakan seorang rasul. "Menurut riwayat, jumlah pengikut Nabi Nuh AS tidak lebih dari 80 orang. Para pengikut Nabi Nuh AS tersebut terdiri dari orang-orang miskin dan lemah," dikutip dari Nabi Nuh AS: Keajaiban Bahtera Raksasa karya Testriono dan Tim Divaro. Tapi, Nabi Nuh tak patah arang. Ia tetap melanjutkan dakwah meski menerima banyak celaan.

 Setiap kali Nabi Nuh berdakwah, mereka justru memasukkan anak jarinya ke telinga dan menutup wajahnya dengan pakaian tanda penolakan. Kisah perjuangan Nabi Nuh ini terdapat dalam Surat Nuh ayat 1-12. 

 Pengikut Nabi Nuh bahkan sampai diusir oleh para penguasa dan orang-orang kaya di masa itu. Kaum Nabi Nuh juga menantang Nuh untuk mendatangkan azab yang selalu disampaikan oleh Nuh. "Mereka berkata 'Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar'." Berikut bunyi terjemahan surat Hud ayat 32. 

 Nuh lalu menjawab bahwa azab itu hanya bisa didatangkan oleh Allah. Allah lalu meminta Nabi Nuh tak bersedih dan tetap teguh pada pendirian. Nabi Nuh lalu berdoa agar Allah memberi hukuman pada orang-orang kafir tersebut. 

Allah lantas memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat sebuah bahtera berupa kapal besar untuk mengangkut orang yang beriman beserta sepasang hewan. Allah menyebut orang-orang kafir itu akan ditenggelamkan. Atas perintah itu, Nabi Nuh mengumpulkan pengikutnya dan bergotong royong membuat bahtera dari kayu selama siang dan malam dalam beberapa tahun. Kerja keras Nabi Nuh ini juga mendapat cemooh dari orang-orang yang tercela.

 Setelah bahtera itu dibuat dan tanda banjir besar bakal datang, Nuh memerintahkan pengikutnya untuk naik ke kapal. Perlahan, air bah pun mulai menggenang menenggelamkan daratan. "Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal," bunyi terjemahan surat Asy-Syu'ara ayat 119-120.

 Dalam orang-orang yang ditenggelamkan itu, termasuk putra sulung Nabi Nuh, Kan'an dan istrinya yang durhaka. Nabi Nuh sempat mengajak Kan'an naik ke atas kapal, tapi ia menolak dan yakin dapat menyelamatkan diri dari air besar itu. Nabi Nuh lalu menyadari bahwa cinta pada anaknya membuatnya lupa pada Allah. Nuh lalu memohon ampun kepada Allah dan mengikhlaskan anaknya yang meninggal dan masuk dalam golongan orang kafir. 

 Kapal Nabi Nuh lalu menepi di pegunungan Arafat. Setelah air surut, Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk turun dan memulai kehidupan baru.


No comments:

Post a Comment